Cerita waktu kuliah ternyata mengasyikkan, terasa jiwa muda kembali sebagai cah ndeso turun gunung. Saya merasa sangat beruntung bisa kuliah, padahal saya hidup dipelosok kehidupan orang tua juga pas-pasan, uang sangu juga sering kurang. Waktu itu pada jaman saya tahun 1992 dari kampung masih jarang anak-anak kampung yang melanjutkan kuliah. Sekolah jaman dulu jauh berbeda dengan jaman sekarang, sungguh sangat terkesan tiap berangkat membawa bekal beras, terkadang juga ketela. Kalau waktu tiba bayar semesteran terkadang orangtua hutang sana sini bahkan jual-jual barang, kasiahan juga lihat orang tua. Pernah bilang sama orang tua, kira-kira berat saya berhenti kuliah saja. Ternyata orang tua tetap semangat, orang tua bilang “ kowe ora usah ngurusi biaya, sing penting belajar wae. Urusan biaya wong tuo sing mikir”. Sungguh saya sangat berterimakasih kepada kedua orang tuaku, juga orang-orang yang sudah memudahkan urusannya.
Kembali lagi kecerita kuliah cah ndeso turun gunung. Pada awal-awal perkuliahan terasa sangat berat. Pada jaman itu setiap awal masuk kuliah selalu ada yang namanya OSPEK(Orientasi Mahasiswa dan Pengenalan Kampus). Kegiatan ini dilakukan oleh senior-senior mahasiswa. Kegiatan ini ada istilah balas dendam turun temurun yang sudah berjalan lama. Aturan buat mahasiswa rambut gundul, sedangkan buat mahasiswi rambut dikucir kecil-kecil dengan tali rafia. Tidak boleh bawa tas, semua bekal dimasukkan karung gandum segitiga. Tiap hari selalu ada tugas yang aneh-aneh bahkan selalu mencari-cari kesalahan, hampir tiap hari kena hukuman dan sangsi, lama-lama jadi terbiasa dan ingin dapat sangsi. Suatu hari ada tugas bawa air putih masukkan botol, tapi botol tersebut sengaja saya isi dengan sprite. Tiba saatnya pagi-pagi cek bekal karena senior kurang jeli maka lolos juga dari pengecekan, karena dari awal berharap dapat sangsi, saya sengaja caper(cari perhatian). Waktu mau minum sengaja kocok-kocok botol, pas buka botol air sprite langsung muncrat, maka dah pasti kena sangsi.
Sempat berfikir, ternyata sangat berat jadi mahasiswa. “Kira-kira kuat gak ya” setelah lewat satu bulan suasana jadi lain. Senior yang tadinya galak-galak berubah 180% sekarang jadi ramah juga baik. Kuliah terasa mengasyikkan, dosen menyampaikan materi dengan santai, mahasiswa tak harus mencatat bahkan boleh mendebat dosen. Banyak teman dari berbagai penjuru. Senangnya jadi mahasiswa.
Mahasiswa sudah dianggap dewasa, dalam penampilan tak banyak aturan, pake kaos dan celana jin juga tak masalah yang penting sopan. Karena waktu awal masuk rambut gundul, bertahun-tahun sengaja gak potong rambut. Senang banget punya rambut panjang, makin tambah pedhe saja jadi mahasiswa.
Hari-hari terasa menyenangkan, punya banyak teman dengan banyak tingkah. Ada juga mahasiswi berlagak model, tiap hari ganti busana terkini. Sedang saya hanyalah orang desa yang pas-pasan, kuliah pake celana jean bolong, terkadang seminggu gak dicuci. Ternyata ada yang lain mahasiswa yang cuek, rambut gimbal dan pake celana jean bolong. Sungguh benar-benar bebas kreasi.
Tak terasa kuliah dah berjalan 3 tahun, kebetulan saya kumpul dengan anak-anak berjiwa seni. Selain ikut teater saya juga senang kegiatan naik gunung. Hampir gunung di Jawa tengah sudah pernah kepuncak, bahkan gunung Rinjani yang terletak di Lombok juga pernah sampai puncak. Gunung rinjani terkenal dengan segoro anak, sungguh sangat indah.
Demikian sedikit cerita dari anak gunung, mudah-mudahan bisa menginspirasi.
Penulis : Abdul Rohman | Alumni MI Dluwak tahun 1986
Baca juga artikel lain disini